I.
Merk/Brand
1.
(Aaker, 1991)Merk adalah cara membedakan sebuah
nama dan/atau simbol seperti logo, trademark, atau desain kemasan yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasikan produk atau jasa dari satu produsen atau
satu kelompok produsen dan untuk membedakan produk atau jasa itu dari produsen
pesaing.
2.
[Norman A. Hart dan John Staplenton dalam kamus
Marketing (1995 : 23,24,104)]
Merk (Brand) adalah nama produk yang sudah ditetapkan, yang biasanya mengandung nilai-nilai kelayakan bagi konsumen maupun perusahaan yang bersangkutan dan biasanya telah didaftarkan ke kantor Pencatatan Hak Paten.
Merk (Brand) adalah nama produk yang sudah ditetapkan, yang biasanya mengandung nilai-nilai kelayakan bagi konsumen maupun perusahaan yang bersangkutan dan biasanya telah didaftarkan ke kantor Pencatatan Hak Paten.
II.
Pemberian
Nama Produk (Merk)
A.
Produsen dapat menerapkan beberapa strategi
dalam pemberian nama merek, antara lain :
Nama
merek untuk semua produk. Strategi ini memberikan nama merek yang berbeda untuk
produk yang berbeda.
1.
Nama merek kelompok bagi semua produk, yaitu
memberikan nama merek yang sama bagi semua produk.
2.
Nama kelompok yang terpisah-pisah bagi setiap
produk. Strategi ini memberikan nama merek pada kelompok produk sehingga produk
turunan dalam kelompok tertentu mempunyai nama yang sama.
3.
Nama perusahaan dikombinasikan dengan nama merek
setiap produk.
Keuntungan dalam memberikan merek,
antara lain :
1.
Merek memudahkan pemrosesan order dan melacak
masalah yang terjadi pada produk.
2.
Merek yang didaftarkan akan dapat menjadi
perlindungan hukum bagi perusahaan yang mendaftarkannya.
3.
Kesetiaan pelanggan pada merek tertentu
merupakan perlindungan bagi perusahaan dalam pemasaran produknya dari para
pesaingnya.
4.
Merek membantu penjual untuk membedakan segmen
pasar.
5.
Merek yang kuat akan meningkatkan citra
perusahaan.
B.
Menurut Philip Kotler (1992 : 114), produsen
yang ingin mencantumkan merek pada produknya akan menghadapi beberapa pilihan
stategi pemberian nama merek, yaitu:
1.
Nama merek khusus (individual brandname), yaitu
pemberian nama merek yang berbeda bagi tiap item jenis produk.
2.
Nama kelompok gabungan bagi semua produk (a
blanket family name), yaitu pengunaan nama merek yang sama pada semua item dan
lini produk.
3.
Nama kelompok yang terpisah (separate family
name), yaitu pemakaian nama merek yang berbeda bagi tiap lini produk.
4.
Nama perusahaan digabung dengan nama khusus
(company trade name combined with individual product names).
C.
Elemen – elemen dari merk adalah Nama, Logo,
Symbol, Desain, Slogan, dan Kemasan. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan
dalam pemilihan elemen merek:
1.
Mudah diingat
Artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah diingat, dikenali, dan disebut/diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi.
Artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang mudah diingat, dikenali, dan disebut/diucapkan. Simbol, logo, nama yang digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat untuk diingat dan dikonsumsi.
2.
Memiliki makna
Artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun penjelasan/ deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Artinya elemen merek hendaknya mengandung sebuah makna maupun penjelasan/ deskripsi dari produk. Diharapkan makna ini dapat mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Deskripsi makna yang terkandung
dapat berupa:
a.
informasi umum tentang kategori dan isi dari
produk
b.
informasi tentang komposisi penting yang
ditonjolkan produk dan manfaat dari produk.
3.
Menarik dan lucu
Pendekatan
lain untuk menarik perhatian konsumen adalah dengan variasi elemen merek yang
unik, lucu, pemilihan elemen yang kaya akan visualisasi dan imajinasi. Dalam
hal ini yang ditonjolkan adalah desain yang menarik dan lucu.
4.
Fleksibel
Artinya elemen merek dapat dimengerti dan tetap dapat diterima oleh daerah/pasar, bahkan budaya lain. Nama yang digunakan pun tidaklah terlalu sulit untuk diterjemahkan. Seringkali pemilihan elemen merek mudah diingat oleh masyarakat lokal, namun sangatlah sulit dimengerti oleh masyarakat lain. Hal ini tentunya akan menghambat produsen untuk masuk dalam pasar yang baru.
Artinya elemen merek dapat dimengerti dan tetap dapat diterima oleh daerah/pasar, bahkan budaya lain. Nama yang digunakan pun tidaklah terlalu sulit untuk diterjemahkan. Seringkali pemilihan elemen merek mudah diingat oleh masyarakat lokal, namun sangatlah sulit dimengerti oleh masyarakat lain. Hal ini tentunya akan menghambat produsen untuk masuk dalam pasar yang baru.
5.
Legal
Artinya brand elemen tersebut sah menurut hukum dan undang–undang yang berlaku, sehingga berada di bawah perlindungan hukum.
Artinya brand elemen tersebut sah menurut hukum dan undang–undang yang berlaku, sehingga berada di bawah perlindungan hukum.
III.
Strategi
Merk
A.
Strategi merk dari para ahli:
1.
Aaker
Dalam bukunya, Buillding strong brand (1996), Aaker mengatakan bahwa merek yang kuat adalah yang memiliki posisi kuat. Pembentukan posisi yang kuat dimulai dengan menganalisis situasi untuk mengetahui posisi merek-merek pesaing dan posisi merek saat ini (merek yang sudah diluncurkan). Setelah itu perusahaan perlu merancang identitas merek, yaitu posisi merek yang diinginkan, dan kemudian mengkomunikasikannya melalui proses brand positioning. Hasilnya adalah posisi merek.
Dalam bukunya, Buillding strong brand (1996), Aaker mengatakan bahwa merek yang kuat adalah yang memiliki posisi kuat. Pembentukan posisi yang kuat dimulai dengan menganalisis situasi untuk mengetahui posisi merek-merek pesaing dan posisi merek saat ini (merek yang sudah diluncurkan). Setelah itu perusahaan perlu merancang identitas merek, yaitu posisi merek yang diinginkan, dan kemudian mengkomunikasikannya melalui proses brand positioning. Hasilnya adalah posisi merek.
2.
Davis
Davis juga sepakat dengan Aaker, malah dalam bukunya yang berjudul Brand Asset Management (2001), Aaker memberi restu dan berbagai pujian kepada Davis. Tetapi langkah Davis sedikit berbeda karena menurutnya sebelum melakukan analisis situasi, kita harus mengetahi visi merek terlebih dulu, yakni sasaran yang diperoleh melalui pembuatan merek. Setelah posisi merek tersebut, yang merupakan tahap akhir dari konsep Aaker tentang pembentukan merek yang kuat, Davis merasa perlu melakukan evaluasi merek sebagai tahap akhir.
Davis juga sepakat dengan Aaker, malah dalam bukunya yang berjudul Brand Asset Management (2001), Aaker memberi restu dan berbagai pujian kepada Davis. Tetapi langkah Davis sedikit berbeda karena menurutnya sebelum melakukan analisis situasi, kita harus mengetahi visi merek terlebih dulu, yakni sasaran yang diperoleh melalui pembuatan merek. Setelah posisi merek tersebut, yang merupakan tahap akhir dari konsep Aaker tentang pembentukan merek yang kuat, Davis merasa perlu melakukan evaluasi merek sebagai tahap akhir.
3.
Knapp
Knapp mengatakan bahwa merek bukan bukan sekedar nama besar (bila merek sudah terkenal), merek adalah cara hidup; didalamnya terdapat keinginan, janji dan komitmen yang harus dipenuhi perusahaan. Karena itu Knapp memberikan lima strtegi untuk membentuk merek yang kuat, yaitu:
Knapp mengatakan bahwa merek bukan bukan sekedar nama besar (bila merek sudah terkenal), merek adalah cara hidup; didalamnya terdapat keinginan, janji dan komitmen yang harus dipenuhi perusahaan. Karena itu Knapp memberikan lima strtegi untuk membentuk merek yang kuat, yaitu:
1)
lakukan penilaian merek. Ini kira-kira sama
dengan evaluasi posisi merek pada analisis situasi Aaker. Merek perlu dipandang
sebagai subjek, bukan hanya objek. Untuk itu perlu diketahui faktor-faktor
asosiasi yang melekat pada merek sebagai subjek.
2)
Mengembangkan janji merek, yaitu harapan tentang
bagaimana merek bekerja sebagai konsumen. Atau nilai apa yang terdapat pada
merek, sebagaimana pada tahap identifikasi merek ala Aaker. Dengan sendirinya,
kalau sudah berjanji, merek akan berusaha menepatinya.
3)
Menciptakan blueprint merek. Ini sama dengan
identitas merek (brand identity) dalam konsep Aaker dan arsitektur merek (brand
architecture) dalam konsep Davis.
4)
Membudayakan merek, yang berarti perlu
keterikatan emosional agar konsumen loyal terhadap merek. Caranya dengan
memberikan manfaat-manfaat yang menimbulkan sentuhan emosional. Misalnya,
dealer mobil memberikan hadiah ulang tahun atau bingkisan Hari Raya kepada para
pelanggannya.
5)
Meningkatkan keuntungan merek. Merek yang kuat
tidaklah berguna kalau perusahaan tidak memperoleh keuntuntungan. Oleh karena
itu, merek perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin.
B.
Merupakan informasi mengenai lima strategi merk
menurut Kotler (2000):
1.
Lakukan perluasan lini.
Perluasan
lini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara menambahkan varian baru pada
produk mereka. Hal ini sengaja dilakukan untuk memperluas target pasar yang
mereka bidik dan menguatkan merek tersebut di kalangan masyarakat luas. Salah
satu produk yang telah menggunakan strategi ini adalah produk sampo Sunsilk.
Mereka sengaja mengeluarkan beragam varian produk sampo sesuai dengan jenis
rambut konsumennya, seperti sampo untuk rambut rontok, rambut berketombe, rambut
kering, rambut berminyak, dan lain sebagainya. Selain itu, merk laptop Fujitsu
meluncurkan koleksi Lifebook Series terbaru dengan varian lini produk antara
lain S2110, C1320, dan P1510.
2.
Perluasan merek (Brand Extension).
Strategi
ini sering dilakukan beberapa perusahaan besar untuk menguasai pasar. Mereka
memanfaatkan merek yang sudah dikenal banyak orang, untuk mengeluarkan produk
baru guna menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Lihat saja merek lifebuoy
yang dulunya dikenal masyarakat sebagai merek sabun, sekarang mulai melebarkan
sayapnya dengan meluncurkan produk handwash (sabun cuci tangan), serta sampo
untuk memperluas merek produknya di pasaran.
3.
Gunakan strategi multi-merek.
Selain
menambahkan varian baru pada produk Anda, salah satu strategi pemasaran lainnya
yang bisa digunakan yaitu menggunakan tambahan merek untuk kategori produk yang
sama. Strategi ini dilakukan para pengusaha untuk menarik minat konsumen dari
berbagai kalangan. Contohnya saja seperti perusahaan Indofood yang sengaja
meluncurkan merek Indomie, Supermi, serta Sarimi untuk membidik target pasar
yang berbeda. Sehingga tidak heran, jika sampai saat ini Indofood berhasil
menjadi market leader untuk kategori produk mie instan. Selain itu, PT.
Unilever Indonesia tbk memiliki 3 macam merk untuk kategori produk sabun mandi
yaitu Lux, Lifebouy, Dove.
4.
Luncurkan merek baru.
Jika
sebuah perusahaan meluncurkan sebuah produk baru dalam kategori baru, namun
tidak memungkinkan untuk menggunakan merek yang sudah ada. Maka tidak ada
salahnya jika mereka menawarkan sebuah merek baru bagi produk yang akan mereka
luncurkan. Cara ini telah dilakukan oleh Unilever dalam mengembangkan kategori
produknya, seperti mengeluarkan merek Pepsodent untuk kategori produk pasta
gigi, Blue Band untuk merek margarine, serta masih banyak lagi merek lainnya
untuk kategori yang berbeda. Selain itu, PT Coca-Cola Indonesia Tbk meluncurkan
merk Freshtea untuk produk baru minuman produk perusahaan yaitu the dalam
kemasan botol dengan aroma bunga melati.
5.
Gunakan merek bersama.
Yang
dimaksud dengan merek bersama yaitu menggabungkan dua atau lebih merek yang
sudah terkenal dalam sebuah penawaran. Strategi ini telah dijalankan oleh
Aqua-Danone dalam memasarkan produknya.
Produsen, distributor atau
pedagang pengecer dapat melakukan strategi merek sebagai berikut:
1.
Individual Branding / Merek Individu
Individual branding adalah memberi merek berbeda pada produk baru seperti pada deterjen surf dan rinso dari unilever untuk membidik segmen pasar yang berbeda seperti halnya pada wings yang memproduksi deterjen merek so klin dan daia untuk segmen pasar yang beda.
Individual branding adalah memberi merek berbeda pada produk baru seperti pada deterjen surf dan rinso dari unilever untuk membidik segmen pasar yang berbeda seperti halnya pada wings yang memproduksi deterjen merek so klin dan daia untuk segmen pasar yang beda.
2.
Family Branding / Merek Keluarga
Family
branding adalah memberi merek yang sama pada beberapa produk dengan alas an
mendompleng merek yang sudah ada dan dikenal mesyarakat. Contoh famili branding
yakni seperti merek gery yang merupakan grup dari garudafood yang mengeluarkan
banyak produk berbeda dengan merek utama gery seperti gery saluut, gery soes,
gery toya toya, dan lain sebagainya. Contoh lain misalnya yaitu seperti motor
suzuki yang mengeluarkan varian motor suzuki smash, suzuki sky wave, suzuki
spin, suzuki thunder, suzuki arashi, suzuki shodun ,suzuki satria, dan
lain-lain.
Dari
kedua strategi merek di atas terdapat konsekuensi berbeda bagi perusahaan yang
memakainya. Strategi individual brand membutuhkan energi yang cukup besar bagi
perusahaan untuk mengenalkan kepada konsumen. Hal ini karena, merek ini dijual
dengan merek tersendiri dan berdiri sebagai satu unit yang terpisah dengan unit
produk yang lain dari perusahaan. Akan tetapi keuntungannya adalah, jika satu
merek dari unit produksi ini mengalami masalah dalam kualitasnya maka, tidak
akan menjadikan merek-merek produk unit lain dalam satu perusahaan akan ikut
jatuh citranya di mata konsumen. Sedang strategi family brand malah sebaliknya.
Strategi family brand memiliki konsekuensi yang besar apabila salah satu unit
produknya mengalami masalah dalam kualitas produknya akan menyebabkan seluruh
unit produk yang memakai nama keluarga perusahaan tersebut akan ikut jatuh
citranya di mata konsumen. Namun, strategi ini di sisi lain mampu membuat
sebuah unit produk mudah diterima dan dipercaya oleh konsumen karena nama
keluarga produk tersebut sebelumnya telah dikenal kualitasnya di pasar.
IV.
Equitas
Merk
A.
Ekuitas merek (brand equity)adalah nilai tambah
yang diberikan pada produk dan jasa. Ekuitas merek berbasis-pelanggan
(customer-based brand equity) adalah pengaruh diferensial yang dimiliki
pengetahuan merek atas respons konsumen terhadap pemasaran merek tersebut.
B.
Ekuitas Merk Menurut Para Ahli:
1.
Susanto dan Wijanarko (2004), ekuitas merek
adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek,
nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh
suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan (p. 127).
2.
East (1997), “Brand equity or brand strength is
the control on purchase exerted by a brand, and, by virtue of this, the brand
as an asset that can be exploited to produce revenue” (p. 29). Artinya ekuitas
merek atau kekuatan merek adalah kontrol dari pembelian dengan menggunakan
merek, dan, kebaikan dari merek, merek sebagai aset yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan pendapatan.
3.
Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is
the positive differential effect that knowing the brand name has on customer
response to the product or service” (p. 292). Artinya ekuitas merek adalah efek
diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap
barang atau jasa.
4.
Menurut Aaker (1991:15) Brand Equity adalah satu
set brand asset dan liabilitas yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan
simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah
barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.
5.
Durianto, dkk, (2001:1) mengatakan bahwa ekuitas
merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang
berkaitan dengan suatu merek, nama, simbol, yang dapat menambah atau mengurangi
nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa kepada perusahaan atau pada
pelanggan perusahaan.
C.
Brand Equity ini mempunyai lima kategori, yaitu:
1.
Loyalitas merek (Brand Loyalty)
Mencerminkan
bagaimana seorang konsumen beralih ke produk lain jika terjadi perubahan harga
maupun perubahan unsur-unsur produk.
2.
Kesadaran merek (Name/ Brand Awareness)
Merupakan
kesanggupan konsumen untuk mengenali atau mengingat kembali suatu merek.
3.
Kesan kualitas (Perceived Quality)
Mencerminkan
persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk
atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan.
4.
Assosiasi merek (Brand Associations)
Mencerminkan
pencitraan suatu merk terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan
kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing,
selebritis, dan lain-lain.
5.
Aset-aset merek lainnya (Other Proprietary Brand
Assets)
Aset-aset
merek lainnya akan sangat bernilai jika aset-aset itu menghalangidan mencegah
para kompetitor menggerogoti loyalitas konsumen. Aset-aset merek lainnya
seperti hak paten, cap dagang, dan saluran hubungan, rahasia teknologi, rahasia
bisnis, akses khusus terhadap pemasaok/pasar, dll.
V.
Brand
Awareness
Brand Awareness adalah kemampuan calon pembeli atau konsumen untuk mengenali maupun mengingat sebuah merek. Dalam hal ini tentunya bisa meliputi nama, gambar/ logo, serta slogan tertentu yang digunakan para pelaku pasar untuk mempromosikan produk-produknya.
Brand Awareness adalah kemampuan calon pembeli atau konsumen untuk mengenali maupun mengingat sebuah merek. Dalam hal ini tentunya bisa meliputi nama, gambar/ logo, serta slogan tertentu yang digunakan para pelaku pasar untuk mempromosikan produk-produknya.
Bisa dikatakan, brand awareness menjadi salah satu faktor penting yang dibutuhkan para pelaku usaha untuk memperkuat brand produknya. Sebab, tak bisa kita pungkiri bila semakin banyak konsumen yang mengingat brand produk Anda, maka semakin besar pula intensitas pembelian yang akan mereka lakukan.
sumber :
http://mycomgroup.wordpress.com/2010/03/20/pentingnya-mengelola-ekuitas-merek/
http://rajapresentasi.com/2009/04/brand-awareness-dan-top-of-mind/
http://www.organisasi.org/1970/01/strategi-jenis-macam-dan-pengertian-merek-merk-brand-produk-barang-dan-jasa-manajemen-pemasaran.html
http://bamboed.wordpress.com/2011/08/02/strategi-merek/
http://lhorief.blogspot.com/2010/06/menciptakan-ekuitas-merek.html
http://id.shvoong.com/business-management/marketing/2171558-definisi-pengertian-dan-manfaat-ekuitas/
http://ramakertamukti.wordpress.com/2009/03/22/beberapa-strategi-merek-dari-para-ahli/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar